Jumat, 23 April 2010

SEJARAH PEKABARAN INJIL DI RASIEY

Sebagaimana kehidupan Orang Papua lainnya pada masa-masa sebelum mengenal terang Injil, Orang Rasiey juga hidup dalam dunia kekafiran, penyembahan berhala, bahkan sampai dengan perang dan pembunuhan. Hal tersebut berjalan sejak jaman dahulu sepanjang sejarah kehidupan Orang Rasiey berada diatas negerinya.

Kehidupan yang penuh dengan kegelapan dan kekafiran tersebut mulai berubah sejak Tahun 1910, oleh beberapa orang yang berpengaruh di Rasiey datang ke Roon untuk bertemu dengan Zendeling D. B. Starrenberg untuk meminta guru bagi mereka di kampung Rasiey, karena mereka mendengar bahwa sejak tahun 1908 di Kaibi telah ada guru yang mengajar baca tulis serta memberitakan firman Tuhan. Permintaan tersebut disetujui oleh Zendeling Starrenberg sehingga memerintahkan Meezter Yosep Ajamiseba datang ke Rasiey untuk mengajar. Atas persetujuan tersebut Meezter Yosep Ajamiseba dijemput dengan perahu oleh para orang tua yang berpengaruh di Kampung Rasiey dan mengantarnya masuk kampung Rasiey pada tanggal 14 Juli 1910. Kehadiran Meezter Yosep Ajamiseba di Rasiey ditentang oleh para Mambri/Panglima Perang lainnya bahkan mereka hendak membunuhnya, karena memandang bahwa kehadiran Guru seperti ini di Rasiey akan merubah pola kehidupan mereka yang lama yaitu perang, penyembahan berhala dan berbagai hal yang bersifat kekafiran yang telah membudaya sejak dahulu kala. Terjadi pertentangan antara para Mambri dan para orang tua yang menjemput Sang Guru, mereka juga memiliki pengaruh dan wibawa di kampung Rasiey sehingga mempertahankan Sang Guru harus masuk ke Rasiey, bahkan mereka mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk membela Sang Guru tetap menjadi guru di Rasiey untuk mengajar dan memberitakan Firman Tuhan. Atas kerja Roh Kudus, para Mambri membatalkan untuk membunuh Sang Guru dan menyetujuinya menjadi Guru di Rasiey. Selama lebih kurang 2 (dua) tahun 1910 – 1912 Meezter Yosep Ajamiseba mengajar memiliki sejumlah murid, peserta kateksasi dan pengunjung gereja yang semakin bertambah. Setelah tahun 1912, secara bergantian mulai berdatangan guru-guru lain dari daerah lain seperti dari Ambon, bahkan juga guru asal putra daerah.

Sejalan dengan perkembangan pemberitaan Firman Tuhan, maka dalam bidang pemerintahanpun mulai bertumbuh sejak tahun 1915, dimana hal ini ditunjukkan dengan dibentuknya wilayah Rasiey menjadi 4 (empat) kampung dengan nama kampung masing-masing : Kampung Torey, Kampung Mambor, Kampung Sirabi dan Kampung Inggesi.

Perkembangan peradaban dari kehidupan kekafiran, peperangan, penyembahan berhala mulai berubah menjadi kehidupan yang lebih baik dengan sistim kekerabatan yang lebih akrab, aman dan kehidupan yang lebih damai. Sesuatu hal yang jauh berbeda dari kehidupan sebelumnya, semuanya karena kerja Roh Kudus melalui pemberitaan Firman Tuhan dan pengajaran oleh para guru yang datang silih berganti di Rasiey. (Kisah sejarah perkembangan penginjilan dan peradaban di Rasiey akan dipublikasikan dengan data-data yang lebih lengkap setelah diterbitkan buku “ DARI PULAU MANSINAM KE KAKI BUKIT AITUMIERI” ).